Hobi adalah Cinta

Hobi seharusnya menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan. Hobi seharusnya tidak menyita terlalu banyak pikiran, tidak membebani perasaan, dan tidak berat untuk dimulai.
Dulu, kayaknya sekitar masa-masa tingkat dua, hidup saya seakan-akan ditemani seorang narator yang siap berkomentar pada apapun yang indra saya rasakan. Langit yang biru, atau bahkan sekedar batu yang codet, bisa menjadi sebuah paragraf oleh narator saya itu. Dalam setiap perjalanan saya, otak saya selalu bercerita. Lalu, ketika saya sudah duduk tenang di meja, segeralah mengalir narator tadi menjadi ketikan di monitor laptop.
Nah, kalau sekarang? Tidak jarang muncul perasaan malas dan terbebani untuk menulis. Kenapa ya? Apakah karena menulis kini bukan sekedar hobi, tapi menjadi kewajiban? Memangnya kenapa kalau jadi kewajiban? Kenapa malah merasa berat? Harusnya bagus dong hobi jadi kewajiban berarti itu adalah kewajiban yang menyenangkan...
Padahal, kalau ditilik secara etimologis, ternyata hobi itu berasal dari kata haba , atau hub (حب) dalam Bahasa Arab. Dan haba sendiri sebenarnya berarti cinta.   Makanya ada kata-kata 'Habibi' yang aritnya kekasih. Jadi, kalau saya hobi menulis harusnya cinta menulis. Dan sebaliknya, kalau saya berani bilang cinta sama Tuhan, harusnya saya hobi melakukan hal-hal yang membuat Dia senang.
Entahlah.
Yang jelas hari ini saya sudah menulis, menunaikan kewajiban saya pada janji saya sendiri: menulis setiap hari selama berumur 23 tahun.

0 comments: