Kembali dalam Kabut Penuh Cinta

Membicarakan anak-anak generasi saya, yang dulu TV kabel belum menjadi barang yang mudah didapat laksana sekarang kita cari handphone, dan juga generasi yang mengalami masa-masa tanpa smartphone, yang saya akui, sangat menarik untuk sekedar di-scroll dan dipelototi sampai lupa waktu. Ngomong-ngomong soal smartphone, saya sendiri beberapa saat kadang terjebak dalam feeds-nya yang jauh dari penting dan bermanfaat, karena itu saya dengan penuh keniatan meng-uninstall beberapa aplikasi yang sangat besar gravitasinya untuk di-scroll.

Anak-anak generasi saya masih banyak menghabiskan waktu di depan televisi dan playstation. Menurut saya tidak jauh berbeda, kedua benda itu menjadi terdakwa penyebab rusaknya mata anak-anak, rendahnya kemampuan komunikasi dan sosialisasi, sampai rendahnya tingkat konsenstrasi anak. Tak jauh berbeda dengan smartphone. Jadi, jangan buru-buru senang dulu jadi generasi 90an. Kita belum tentu lebih baik daripada generasi tab, smartphone, dan kemudahan digital lainnya.

Terlepas dari itu, intinya saya mau bilang, anak-anak generasi saya pasti banyak yang tahu tentang Kabut Cinta. Yi Ping, Ru Ping, Shu Huan, Du Fei, dan nama-nama Cina lainnya. Kalau sekarang yang lagi booming adalah film Korea, dulu film Cina dan Taiwan merajai televisi Indonesia. Mulai dari yang terjadul, Yoko, saya saja lupa ceritanya hahaha tapi Ibu saya suka banget. Kemudian, ada Pendekar Harum, Meteor Garden (ini justru saya gak nonton, padahal yang paling populer ya?), Kera Sakti (pasti langsung teringat sama lagu ngerapnya yang sensasional dan nempel banget di otak), Putri Huan Zhu, dan Kabut Cinta.

By the way, tulisan berikut bisa jadi mengandung spoiler Kabut Cinta. Bagi yang mau nonton lagi, dan waktu kecil gak mampu menangkap cerita (kayak saya hahaha), saya sudah peringatkan yaa hehehe.

***

Saat mengobrol singkat dengan seorang teman tentang acara televisi zaman SD, saya langsung terkenang dengan kuis-kuis zaman dulu yang super menarik. Sebut Famili 100, Tebak Gambar, Komunikata, dan lain-lain. Lalu percakapan itu bergeser jadi membicarakan film-film yang tadi saya sebutkan. Sampai akhirnya tercetus oleh mulut saya, "nonton Kabut Cinta ga?"

Teman saya sepertinya lupa-lupa ingat. Akhirnya, saya langsung mengambil HP, membuka YouTube, dan mempertontonkan episode 1 Kabut Cinta. Dari situlah rasa penasaran saya berkembang. Saya dulu memang nonton setiap pekan setiap sore. Tapi, kok, saya kayak gak ngerti ceritanya ya? Saya tidak bisa ingat cerita Kabut Cinta. Maka akhirnya, saya tontonlah film itu sampai episode terakhir. Pelan-pelan saya cicil setiap malam supaya tidak mengganggu produktivitas. Semuanya didorong oleh rasa penasaran. Dan rasa cinta.

Saya jatuh cinta. Saya tenggelam dalam kabut penuh cinta.

Bukan, saya gak jadi fanatik atau apa. Bukan karena pemerannya yang ganteng atau apalah alasan-alasan ABG lainnya. Saya justru jatuh cinta secara pemikiran. Saya kagum dengan jalan ceritanya. Saya terpesona sebagai seorang perempuan biasa yang hobi bikin cerpen.

Yang pertama tentang pembangunan karakter tokoh
Lu Yi Ping, sebagai tokoh utama, memiliki watak yang sangat keras. Ia memiliki semangat menegakkan keadilan untuk dirinya dan ibunya. Dan watak itu terus menerus dengan konsisten diperlihatkan di film. Yang paling membuat saya kagum, latar belakang yang melahirkan watak itu juga tergambar dengan jelas. Lu Yi Ping, anak dari seorang mantan Jenderal yang keras, emosian. Dialah yang menjadi contoh bagi Yi Ping dalam menumbuhkan sikap kerasnya.

Sedangkan ibunya, seorang yang lemah lembut dan cenderung menghindari konflik. Ibunya memilih untuk mengalah daripada melawan, setidak adil apapun kondisi dan situasi. Yi Ping tumbuh dalam keluarga dengan ayah beristri banyak. Istri mudanya dengan licik seringkali menciptakan kondisi yang menyulitkan bagi ibu Yi Ping, dan klimaksnya ia memfitnah ibu Yi Ping yang membuat Yi Ping dan ibunya terusir dari rumah ayahnya. Kondisi inilah yang membuat Yi Ping bergerak menjadi pelindung bagi ibunya. Ia menjadi tameng yang kuat, terus memperjuangkan hingga ibunya mendapatkan keadilan dan terbebas dari 'siksaan' istri muda ayahnya.

Kemudian mengenai premisnya dan antagonisnya
Premis. Sesuatu yang saya pelajari dari buku karangan Raditya Dika. Sesuatu yang kemudian banyak saya temukan melalui google dan pinterest. Premis merupakan satu kalimat yang menggambarkan isi sebuah karya fiksi secara keseluruhan. Premis mengandung beberapa unsur, di antaranya karakter, tujuan, dan halangan yang dihadapi oleh tokoh utama.

Tujuan tokoh utama, dalam sebuah karya fiksi, bisa jadi tercapai dan mungkin juga tidak. Semakin saya mempelajari premis, saya menyadari bahwa tujuan tokoh utama pun dapat saja berubah. Perubahan-perubahan itu terjadi karena pengalaman-pengalaman yang dirasakan tokoh utama.

Bisa saya katakan, tahapan dalam Kabut Cinta berdasarkan tujuan Lu Yi Ping terbagi menjadi dua. Tahap pertama, Lu Yi Ping memiliki tujuan untuk membalas dendam kepada ayahnya dan istri mudanya. Dan yang paling menarik bagi pemikiran saya adalah, peran antagonisnya! Sungguh bukan sesuatu yang biasa, peran antagonis yang biasanya jahat dan bermusuhan dengan tokoh utama, dalam cerita ini justru dimainkan oleh orang dekat tokoh utama, yaitu Shu Huan, kekasih Yi Ping.

Pada dasarnya anggapan bahwa antagonis adalah tokoh jahat adalah salah. Secara konsep, antagonis adalah tokoh yang melawan tujuan dari tokoh utama. Yi Ping, yang dengan keras kemauan ingin membalas dendam ayah dan istri mudanya, harus berhadapan dengan Shu Huan, yang berusaha keras menanamkan kemampuan memaafkan dan perasaan kasih sayang pada diri Yi Ping.

Keren kan??? Mungkin untuk sebagian orang biasa saja, tapi saya benar-benar kagum karena antagonisnya ini pacar sendiri. Gak mainstream gituuu...

Nah, akhirnya Shu Huan berhasil meredamkan segala api yang membakar nurani Yi Ping. Justru Yi Ping berubah dan jadi sangat sayang pada ayahnya. Tapi kalau ke istri muda ayahnya sih nggak, karena sepanjang film dia emang nyebelin sih hahahaha. Perubahan pribadi ini membawa kita pada perubahan premis. Kita masuklah ke tahap dua yang sekarang Yi Ping memiliki tujuan untuk tetap bersama Shu Huan.

Kali ini, antagonisnya sama menariknya. Antagonis diperankan oleh Ru Ping, adik tiri Yi Ping. Ru Ping ini suka juga sama Shu Huan dari awal cerita. Yang bikin menarik adalah sifat Ru Ping supeeeeeeeeer baik, sangat penyabar, penuh pengertian, selalu memaafkan orang lain, selalu memperhatikan dan mengerti perasaan orang lain, rela berkorban, tidak mau menyimpan dendam, dan sebagainya. Benar-benar semua sifat yang ada di buku PPKN SD dikumpulkan. Beda banget sama Yi Ping yang orangnya ketus, keras kepala, dan emosian. Jarang kan ada cerita yang tokoh antagonisnya baik, bahkan secara karakter bisa dibilang lebih baik daripada tokoh utama?

Itu yang buat saya tertarik. Karena saya selalu ingin bisa buat cerita yang menarik.

0 comments: