galau: maroon
foto siapakah di atas?
MAROON 5
:'(
april ini bakal datang ke indonesia dan saya tidak punya tiket.
ya ampun, melewatkan maroon 5, melewatkan adam levine! kapan lagi mereka ke sini?
kapan? kapan?
huhu.
aksyii.
saya: eh jadinya gimana? blablablabla
erika: aksyee
saya: hah?
erika: akshi
saya: lo ngomong apa sih?
erika: aksyii. ... aksyim. aks-hi.
saya: ???
erika: aks herr. tanya dia!
saya: ... OH. ASK HER?
erika: aksyee
saya: hah?
erika: akshi
saya: lo ngomong apa sih?
erika: aksyii. ... aksyim. aks-hi.
saya: ???
erika: aks herr. tanya dia!
saya: ... OH. ASK HER?
(untitled)
DI DEPAN LAPTOP
dia mengusap rambut pendeknya yang basah. handuk masih di pundaknya, kulitnya masih lembab sekali. tapi matanya sudah tertancap di layar laptop, browsing internet. sesekali membaca blog teman, membuka kaskus, forum-forum khusus, facebook, twitter, mencari-cari video di youtube, mendapat informasi sesuatu-tidak mengerti-akhirnya googling, dan kemudian, seperti biasa, diakhiri dvd-dvd film koleksinya. Handphonenya tergeletak di lantai, sekitar 1 meter dari kursinya. dicharge. sudah lama handphone itu tidak berdering.
DI DEPAN MEJA
kertas-kertas berserakan. sekitar 10 drawing pen tergeletak menyebar, membentuk pola tersendiri di meja kayu. beberapa tutupnya sudah hilang. tapi pemiliknya tidak peduli. sambil serius menggambar di salah satu kertas, dia membetulkan letak kacamatanya. kacamatanya lebih tebal daripada TV plasmanya. dia terus menggambar, membuat garis lurus, garis lengkung, arsiran. dia terus menggambar, seolah-olah goresan penanya akan membunuh pengkhianatan di sekitarnya.
DI DEPAN STIR MOBIL
dia memandang fokus ke depan. sesekali motor-motor yang tidak tahu diri menyalipnya dari kiri. mengagetkan, tapi dia sudah terbiasa. tiga puluh tahun menyetir di jakarta merupakan pengalaman yang luar biasa. mungkin, kapan-kapan dia bisa menuliskan itu di CVnya. dia bahkan terbiasa menyetir dengan sepatu berhak tinggi. bahkan anaknya hanya bisa menyetir dengan telanjang kaki, masih suka kagok kalau harus pakai sandal. kaku, katanya. handphonenya berbaring di kursi penumpang sebelahnya yang kosong. agak cemas juga, menunggu handphone itu berbisik sedikit, membunyikan tanda pesan singkat masuk dari anaknya.
DI ATAS MOTOR
sudah lama tidak ke bukit. dia menatap jalan lurus di depannya. ke arah terminal ledeng. lanjut sedikit saja, berliku sedikit, sampai lah dia di sana. dataran tinggi masa lalu baginya. ah ngapain ke sana, pikirnya. tidak ada yang menunggunya lagi di situ. handphonenya bergetar-getar di dalam sakunya. entah sudah sms ke berapa, dia belum membukanya. padahal, justru di situlah pesan-pesan dari yang menantinya tersangkut. orang yang mirip dengan masa lalunya, yang akan membuatnya jatuh ke lubang yang sama, kedua kalinya.
DI ATAS KASUR
dia berbaring terlentang sambil memainkan rambut panjangnya. tangan kirinya memegang handphonenya, menunggu sms balasan. matanya menatap ke langit-langit, tapi tidak fokus, seolah-olah dia sedang melihat gambar-gambar bergerak di sana. badannya panas dan kepalanya sakit sekali. rasanya otaknya terbuat dari banyak bintang, dan bintang-bintang itu ingin meledak ke arah yang berbeda-beda secara bersamaan. bintang-bintang itu juga dipenuhi pikiran-pikiran liar yang negatif. dia lelah sekali memikirkannya, dan dia juga lelah pada badannya. tapi, apapun yang akan dilakukannya, dia tahu pasti akan ada yang terluka, terbunuh. mungkin, sebaiknya dia mati saja. dia pun memejamkan matanya, lalu berdoa supaya napas berikutnya yang akan dihembuskannya, merupakan udara terakhir dari paru-parunya.
DI DALAM KAMAR
sapunya jatuh dari pegangannya. dia pikir anak ini hanya tertidur, tapi setelah 5 menit dibangunkan, anak ini tidak bergeming. badannya dingin, bibirnya pucat, dan napasnya tidak ada. dia pun menjerit.
DI DEPAN LAPTOP
tulisan google balas menatapnya dari layar, bertanya mau tahu apa kali ini. tapi, sebelum mengetik, handphonenya memanggil. ada sms, katanya. dia miringkan kursinya ke kanan dan mengambil handphonenya dari lantai. lumayan, tidak usah mengangkat pantat. dia membaca sms itu, sms berantai. kabar duka cita sekitar 5 kilometer dari rumahnya. dia terdiam sebentar dan kemudian dia merasa mual. dia menutup layar laptopnya begitu saja, mematikan semua sumber cahaya, kemudian merebahkan diri di kasurnya. entah harus berbuat apa.
DI DEPAN MEJA
kertas-kertas putih semakin kotor. coretannya menodai kertas itu, tapi memperindahnya. dia tidak sadar, tasnya meredam suara handphonenya. sms bertubi-tubi datang, sama-sama mengabarkan kabar sedih yang akan menggerogoti kebahagiaannya. paling tidak kebahagiaannya dalam beberapa bulan ke depan. dia menarik garis lagi di kertasnya. ah sial. garisnya melenceng, tangannya tiba-tiba gemetaran.
DI DEPAN STIR MOBIL
akhirnya sms datang. pasti dari anaknya. di jakarta tidak boleh mengoperasikan handphone saat sedang menyetir. untung lagi lampu merah, bisa curi kesempatan sedikit. tapi, dia langsung menutup mulutnya dengan kaget ketika membaca. air matanya tumpah, bahkan dia tidak lagi bisa melihat kaca mobilnya.
DI ATAS MOTOR
dia menepi sebentar di jalanan yang sepi. handphonenya diambil dari sakunya, dan dibaca semua smsnya dari awal. sms darinya, 'di mana?', 'oi, di mana kok ga jawab?', dan sejenisnya. namun yang terakhir nomornya berbeda. sms yang terakhir sms sedih. kabar sedih yang sama. tidak mungkin, pikirnya. tadi dia masih bertemu dengannya. tidak mungkin. tapi matanya berkaca-kaca juga. air matanya diam-diam merembes di balik helm gagahnya.
DI ATAS KASUR.
(...)
dia mengusap rambut pendeknya yang basah. handuk masih di pundaknya, kulitnya masih lembab sekali. tapi matanya sudah tertancap di layar laptop, browsing internet. sesekali membaca blog teman, membuka kaskus, forum-forum khusus, facebook, twitter, mencari-cari video di youtube, mendapat informasi sesuatu-tidak mengerti-akhirnya googling, dan kemudian, seperti biasa, diakhiri dvd-dvd film koleksinya. Handphonenya tergeletak di lantai, sekitar 1 meter dari kursinya. dicharge. sudah lama handphone itu tidak berdering.
DI DEPAN MEJA
kertas-kertas berserakan. sekitar 10 drawing pen tergeletak menyebar, membentuk pola tersendiri di meja kayu. beberapa tutupnya sudah hilang. tapi pemiliknya tidak peduli. sambil serius menggambar di salah satu kertas, dia membetulkan letak kacamatanya. kacamatanya lebih tebal daripada TV plasmanya. dia terus menggambar, membuat garis lurus, garis lengkung, arsiran. dia terus menggambar, seolah-olah goresan penanya akan membunuh pengkhianatan di sekitarnya.
DI DEPAN STIR MOBIL
dia memandang fokus ke depan. sesekali motor-motor yang tidak tahu diri menyalipnya dari kiri. mengagetkan, tapi dia sudah terbiasa. tiga puluh tahun menyetir di jakarta merupakan pengalaman yang luar biasa. mungkin, kapan-kapan dia bisa menuliskan itu di CVnya. dia bahkan terbiasa menyetir dengan sepatu berhak tinggi. bahkan anaknya hanya bisa menyetir dengan telanjang kaki, masih suka kagok kalau harus pakai sandal. kaku, katanya. handphonenya berbaring di kursi penumpang sebelahnya yang kosong. agak cemas juga, menunggu handphone itu berbisik sedikit, membunyikan tanda pesan singkat masuk dari anaknya.
DI ATAS MOTOR
sudah lama tidak ke bukit. dia menatap jalan lurus di depannya. ke arah terminal ledeng. lanjut sedikit saja, berliku sedikit, sampai lah dia di sana. dataran tinggi masa lalu baginya. ah ngapain ke sana, pikirnya. tidak ada yang menunggunya lagi di situ. handphonenya bergetar-getar di dalam sakunya. entah sudah sms ke berapa, dia belum membukanya. padahal, justru di situlah pesan-pesan dari yang menantinya tersangkut. orang yang mirip dengan masa lalunya, yang akan membuatnya jatuh ke lubang yang sama, kedua kalinya.
DI ATAS KASUR
dia berbaring terlentang sambil memainkan rambut panjangnya. tangan kirinya memegang handphonenya, menunggu sms balasan. matanya menatap ke langit-langit, tapi tidak fokus, seolah-olah dia sedang melihat gambar-gambar bergerak di sana. badannya panas dan kepalanya sakit sekali. rasanya otaknya terbuat dari banyak bintang, dan bintang-bintang itu ingin meledak ke arah yang berbeda-beda secara bersamaan. bintang-bintang itu juga dipenuhi pikiran-pikiran liar yang negatif. dia lelah sekali memikirkannya, dan dia juga lelah pada badannya. tapi, apapun yang akan dilakukannya, dia tahu pasti akan ada yang terluka, terbunuh. mungkin, sebaiknya dia mati saja. dia pun memejamkan matanya, lalu berdoa supaya napas berikutnya yang akan dihembuskannya, merupakan udara terakhir dari paru-parunya.
DI DALAM KAMAR
sapunya jatuh dari pegangannya. dia pikir anak ini hanya tertidur, tapi setelah 5 menit dibangunkan, anak ini tidak bergeming. badannya dingin, bibirnya pucat, dan napasnya tidak ada. dia pun menjerit.
DI DEPAN LAPTOP
tulisan google balas menatapnya dari layar, bertanya mau tahu apa kali ini. tapi, sebelum mengetik, handphonenya memanggil. ada sms, katanya. dia miringkan kursinya ke kanan dan mengambil handphonenya dari lantai. lumayan, tidak usah mengangkat pantat. dia membaca sms itu, sms berantai. kabar duka cita sekitar 5 kilometer dari rumahnya. dia terdiam sebentar dan kemudian dia merasa mual. dia menutup layar laptopnya begitu saja, mematikan semua sumber cahaya, kemudian merebahkan diri di kasurnya. entah harus berbuat apa.
DI DEPAN MEJA
kertas-kertas putih semakin kotor. coretannya menodai kertas itu, tapi memperindahnya. dia tidak sadar, tasnya meredam suara handphonenya. sms bertubi-tubi datang, sama-sama mengabarkan kabar sedih yang akan menggerogoti kebahagiaannya. paling tidak kebahagiaannya dalam beberapa bulan ke depan. dia menarik garis lagi di kertasnya. ah sial. garisnya melenceng, tangannya tiba-tiba gemetaran.
DI DEPAN STIR MOBIL
akhirnya sms datang. pasti dari anaknya. di jakarta tidak boleh mengoperasikan handphone saat sedang menyetir. untung lagi lampu merah, bisa curi kesempatan sedikit. tapi, dia langsung menutup mulutnya dengan kaget ketika membaca. air matanya tumpah, bahkan dia tidak lagi bisa melihat kaca mobilnya.
DI ATAS MOTOR
dia menepi sebentar di jalanan yang sepi. handphonenya diambil dari sakunya, dan dibaca semua smsnya dari awal. sms darinya, 'di mana?', 'oi, di mana kok ga jawab?', dan sejenisnya. namun yang terakhir nomornya berbeda. sms yang terakhir sms sedih. kabar sedih yang sama. tidak mungkin, pikirnya. tadi dia masih bertemu dengannya. tidak mungkin. tapi matanya berkaca-kaca juga. air matanya diam-diam merembes di balik helm gagahnya.
DI ATAS KASUR.
(...)
agak jauh ke depan
kalau aku lihat dia,
aku cuma membayangkan sosok dia.
sosok dia sebagai daging bernyawa
tapi aku pernah berpikir
agak jauh ke depan.
aku pernah berpikir,
aku akan mati tertabrak mobil dan dia mengantarku ke lubang tanah
atau dia akan sakit jantung dan aku mendoakannya di samping batu nisan
kalau aku bertemu anak baru di sekolah,
aku jadi terbayang graduation night.
aku akan memeluk anak itu
dia akan kuliah di perancis, ambil jurusan desain
dan aku akan ke bandung, mau jadi insinyur.
anak itu pasti akan menangis
terharu, sekian lama pertemanan ini berjalan
kalau aku dapat teman sekamar,
aku langsung terpikir nanti mungkin ada truk barang datang di depan asrama
pintunya terbuka, menunggu kardus-kardus barangnya bergerak ke luar
barang-barang selama beberapa tahun dia di sini
pasti dia akan meneteskan paling tidak 1 tetes air mata
akan merindukan tempat ini, katanya.
kalau aku bertemu kamu,
memang kamu pikir apa? semuanya juga sama saja
mungkin nanti kamu akan mati
atau amnesia, atau pindah keluar negeri untuk S2, atau mungkin bekerja
atau bisa saja, kamu hanya akan sekedar pergi.
aku cuma membayangkan sosok dia.
sosok dia sebagai daging bernyawa
tapi aku pernah berpikir
agak jauh ke depan.
aku pernah berpikir,
aku akan mati tertabrak mobil dan dia mengantarku ke lubang tanah
atau dia akan sakit jantung dan aku mendoakannya di samping batu nisan
kalau aku bertemu anak baru di sekolah,
aku jadi terbayang graduation night.
aku akan memeluk anak itu
dia akan kuliah di perancis, ambil jurusan desain
dan aku akan ke bandung, mau jadi insinyur.
anak itu pasti akan menangis
terharu, sekian lama pertemanan ini berjalan
kalau aku dapat teman sekamar,
aku langsung terpikir nanti mungkin ada truk barang datang di depan asrama
pintunya terbuka, menunggu kardus-kardus barangnya bergerak ke luar
barang-barang selama beberapa tahun dia di sini
pasti dia akan meneteskan paling tidak 1 tetes air mata
akan merindukan tempat ini, katanya.
kalau aku bertemu kamu,
memang kamu pikir apa? semuanya juga sama saja
mungkin nanti kamu akan mati
atau amnesia, atau pindah keluar negeri untuk S2, atau mungkin bekerja
atau bisa saja, kamu hanya akan sekedar pergi.
kita tahu itu dia
kita tahu itu dia
itu pasti dia.
siapa lagi yang mungkin ada di sana?
siapa lagi yang mampu?
kita tahu itu dia
hanya saja kamu di sana, aku di sini
ini semua mungkin hanya menjawab pertanyaan dari mana kita berasal
kamu dari sana, dan aku dari sini
mungkin hanya berbeda 100 lebih kilometer
tapi, apakah kamu tahu?
...
ah, kamu pasti sudah tahu.
ya, aku yakin kamu sudah berpikir dari dulu
sebelum aku mempertimbangkan,
atau justru bersama-sama denganku
bahwa 100 lebih kilometer sudah membentuk kita
membentuk mata kita, membentuk tangan kita
kita tahu itu dia
memang siapa lagi yang kita yakin ada di sana?
kamu dan aku tahu itu pasti dia
tapi, kamu tahu tanganku tidak seperti tanganmu.
itu pasti dia.
siapa lagi yang mungkin ada di sana?
siapa lagi yang mampu?
kita tahu itu dia
hanya saja kamu di sana, aku di sini
ini semua mungkin hanya menjawab pertanyaan dari mana kita berasal
kamu dari sana, dan aku dari sini
mungkin hanya berbeda 100 lebih kilometer
tapi, apakah kamu tahu?
...
ah, kamu pasti sudah tahu.
ya, aku yakin kamu sudah berpikir dari dulu
sebelum aku mempertimbangkan,
atau justru bersama-sama denganku
bahwa 100 lebih kilometer sudah membentuk kita
membentuk mata kita, membentuk tangan kita
kita tahu itu dia
memang siapa lagi yang kita yakin ada di sana?
kamu dan aku tahu itu pasti dia
tapi, kamu tahu tanganku tidak seperti tanganmu.
entah apa
entah apa yang akan gue katakan di sini, tapi yang jelas gue bingung mau ngomong apa. eh ga deng, bukan bingung mau ngomong apa, tapi bingung mau ngomong gimana.
campur aduk banget dah. hahahaha.
dan jika disuruh memvisualisasikan, gue akan menggambar ini:
ha ha ...
hmm, mungkin kalo dengan kata-kata gue gabisa mengungkapkan semua ini, tapi yang jelas, mungkin gue pengen bilang thank you
:)
campur aduk banget dah. hahahaha.
dan jika disuruh memvisualisasikan, gue akan menggambar ini:
ha ha ...
hmm, mungkin kalo dengan kata-kata gue gabisa mengungkapkan semua ini, tapi yang jelas, mungkin gue pengen bilang thank you
:)
Subscribe to:
Posts (Atom)