(untitled)

DI DEPAN LAPTOP
dia mengusap rambut pendeknya yang basah. handuk masih di pundaknya, kulitnya masih lembab sekali. tapi matanya sudah tertancap di layar laptop, browsing internet. sesekali membaca blog teman, membuka kaskus, forum-forum khusus, facebook, twitter, mencari-cari video di youtube, mendapat informasi sesuatu-tidak mengerti-akhirnya googling, dan kemudian, seperti biasa, diakhiri dvd-dvd film koleksinya. Handphonenya tergeletak di lantai, sekitar 1 meter dari kursinya. dicharge. sudah lama handphone itu tidak berdering.

DI DEPAN MEJA
kertas-kertas berserakan. sekitar 10 drawing pen tergeletak menyebar, membentuk pola tersendiri di meja kayu. beberapa tutupnya sudah hilang. tapi pemiliknya tidak peduli. sambil serius menggambar di salah satu kertas, dia membetulkan letak kacamatanya. kacamatanya lebih tebal daripada TV plasmanya. dia terus menggambar, membuat garis lurus, garis lengkung, arsiran. dia terus menggambar, seolah-olah goresan penanya akan membunuh pengkhianatan di sekitarnya.

DI DEPAN STIR MOBIL
dia memandang fokus ke depan. sesekali motor-motor yang tidak tahu diri menyalipnya dari kiri. mengagetkan, tapi dia sudah terbiasa. tiga puluh tahun menyetir di jakarta merupakan pengalaman yang luar biasa. mungkin, kapan-kapan dia bisa menuliskan itu di CVnya. dia bahkan terbiasa menyetir dengan sepatu berhak tinggi. bahkan anaknya hanya bisa menyetir dengan telanjang kaki, masih suka kagok kalau harus pakai sandal. kaku, katanya. handphonenya berbaring di kursi penumpang sebelahnya yang kosong. agak cemas juga, menunggu handphone itu berbisik sedikit, membunyikan tanda pesan singkat masuk dari anaknya.

DI ATAS MOTOR
sudah lama tidak ke bukit. dia menatap jalan lurus di depannya. ke arah terminal ledeng. lanjut sedikit saja, berliku sedikit, sampai lah dia di sana. dataran tinggi masa lalu baginya. ah ngapain ke sana, pikirnya. tidak ada yang menunggunya lagi di situ. handphonenya bergetar-getar di dalam sakunya. entah sudah sms ke berapa, dia belum membukanya. padahal, justru di situlah pesan-pesan dari yang menantinya tersangkut. orang yang mirip dengan masa lalunya, yang akan membuatnya jatuh ke lubang yang sama, kedua kalinya.

DI ATAS KASUR
dia berbaring terlentang sambil memainkan rambut panjangnya. tangan kirinya memegang handphonenya, menunggu sms balasan. matanya menatap ke langit-langit, tapi tidak fokus, seolah-olah dia sedang melihat gambar-gambar bergerak di sana. badannya panas dan kepalanya sakit sekali. rasanya otaknya terbuat dari banyak bintang, dan bintang-bintang itu ingin meledak ke arah yang berbeda-beda secara bersamaan. bintang-bintang itu juga dipenuhi pikiran-pikiran liar yang negatif. dia lelah sekali memikirkannya, dan dia juga lelah pada badannya. tapi, apapun yang akan dilakukannya, dia tahu pasti akan ada yang terluka, terbunuh. mungkin, sebaiknya dia mati saja. dia pun memejamkan matanya, lalu berdoa supaya napas berikutnya yang akan dihembuskannya, merupakan udara terakhir dari paru-parunya.

DI DALAM KAMAR
sapunya jatuh dari pegangannya. dia pikir anak ini hanya tertidur, tapi setelah 5 menit dibangunkan, anak ini tidak bergeming. badannya dingin, bibirnya pucat, dan napasnya tidak ada. dia pun menjerit.

DI DEPAN LAPTOP
tulisan google balas menatapnya dari layar, bertanya mau tahu apa kali ini. tapi, sebelum mengetik, handphonenya memanggil. ada sms, katanya. dia miringkan kursinya ke kanan dan mengambil handphonenya dari lantai. lumayan, tidak usah mengangkat pantat. dia membaca sms itu, sms berantai. kabar duka cita sekitar 5 kilometer dari rumahnya. dia terdiam sebentar dan kemudian dia merasa mual. dia menutup layar laptopnya begitu saja, mematikan semua sumber cahaya, kemudian merebahkan diri di kasurnya. entah harus berbuat apa.

DI DEPAN MEJA
kertas-kertas putih semakin kotor. coretannya menodai kertas itu, tapi memperindahnya. dia tidak sadar, tasnya meredam suara handphonenya. sms bertubi-tubi datang, sama-sama mengabarkan kabar sedih yang akan menggerogoti kebahagiaannya. paling tidak kebahagiaannya dalam beberapa bulan ke depan. dia menarik garis lagi di kertasnya. ah sial. garisnya melenceng, tangannya tiba-tiba gemetaran.

DI DEPAN STIR MOBIL
akhirnya sms datang. pasti dari anaknya. di jakarta tidak boleh mengoperasikan handphone saat sedang menyetir. untung lagi lampu merah, bisa curi kesempatan sedikit. tapi, dia langsung menutup mulutnya dengan kaget ketika membaca. air matanya tumpah, bahkan dia tidak lagi bisa melihat kaca mobilnya.

DI ATAS MOTOR
dia menepi sebentar di jalanan yang sepi. handphonenya diambil dari sakunya, dan dibaca semua smsnya dari awal. sms darinya, 'di mana?', 'oi, di mana kok ga jawab?', dan sejenisnya. namun yang terakhir nomornya berbeda. sms yang terakhir sms sedih. kabar sedih yang sama. tidak mungkin, pikirnya. tadi dia masih bertemu dengannya. tidak mungkin. tapi matanya berkaca-kaca juga. air matanya diam-diam merembes di balik helm gagahnya.

DI ATAS KASUR.
(...)

4 comments:

kehen said...

ummm... bad news?

Felicia Primadita said...

bagus jap crtny :)

Anka said...

@kehen: bad news apaan? interpretasi lo emang gimana hahaha
@dita: makasih beibi cup cup muah muehehehehe

Anonymous said...

Duh..suka sekali bentuk penuturannya..walaupun masih meraba-raba inti ceritanya. Mungkin nanti perlu saya baca sekali dua lagi :D