rasanya kemampuan menulis saya mulai menurun

kepindahan saya ke kosan lain, yang, sayang sekali, tanpa internet, ternyata cukup berpengaruh pada kehidupan blog ini. ketika saya membuka blogger lagi, rasanya seperti melihat ceret tua di sudut ruangan, kilapnya sudah jenuh termakan debu, berteman dengan untaian benang-benang dari laba-laba kecil.

padahal saya punya internet di HP. kenapa tidak digunakan ya?

emang lebih malesin sih kalau nulis di HP. di laptop saja mata cepat lelah, bagaimana di handphone? kecil, silau pula. hmm. rasanya ingin kembali ke dunia analog. tidak juga sih, banyak  kemudahan dari dunia digital ini, tapi rasanya, makin banyak pula yang... palsu.

palsu, bet.

lari di candi saja bisa sambil duduk dan hanya menggunakan jari. if you know what I mean.

yasudah. rasanya komentar saya tentang dunia digital, teknologi, dan antek-anteknya pernah saya bahas di blog ini sebelumnya. sekali lagi, saya suka kok teknologi. saya sendiri pengguna teknologi-teknologi mutakhir itu. tapi yah, jangan sampai dunia asli kita yang fana ini terlupakan. coba saja lihat, kenapa dunia pariwisata masih terus berjalan? kenapa orang masih suka ke pantai, naik gunung, dan bertualang keliling dunia? padahal kan, semua itu bisa diakses melalui foto-foto dan google.

ya karena memang lebih seru mengalami langsung yang aslinya daripada lewat google. dunia asli masih jauh lebih indah dan menyentuh lebih banyak indera kita daripada foto-foto digital itu, setuju?

setujuan, bro.

coba lihat komik ini, book of future
sepertinya dia juga sepikiran dengan saya. baguslah. hoho.

yah, saya hari ini, diwakili oleh tulisan ini, sebenarnya hanya ingin membersihkan sedikit debu dari ceret usang tadi. semoga laba-labanya cepat gulung tikar dari sini.

Semoga Masih Sempat

Semua ada di tangan-Nya.
Waktuku mungkin sebentar, mungkin kumasih diberi penangguhan.
Butuh lebih dari dua dekade untuk aku menyadari, memaknai.
Kesempatan itu, perjumpaan itu, seperti matahari mengintip di ujung subuh
Pengetahuan itu, pelajaran itu, cahayanya tak terkira.
Semua ada di tangan-Nya.
Jam terus berdetak, doaku tidak sia-sia usia ini.
Semoga masih sempat.

Karena Karena

Manakah yang cuma-cuma
Ketika apa ditimbang
Karena mengalikan
Melipatgandakan apa-apa

Apa-apaan!

Tertulis di sana mereka yang berlaku
Dia pikir dia baik?
Apa-apaan?!
Karena karena segalanya
Apa yang kau lakukan?
Tertutupkah matanya?
Seperti berjuang, untuk berkhianat, kaukah di sisi kami?
Dia bilang, karena!

Apa-apaan, hanya seujung jarilah kita
Seperti kau celupkan itu ke lautan luas
Di situlah kita, yang tersisa
Seperti sebuah titik bintang di malam hari


Tertutupkah matanya, galaksi-galaksi raksasa bertaburan
Begitu besar, kuasa itu

Tertutupkah matanya, samudra luas menderu
Setetes air kita di antara

Siapa? Siapakah dia?

Apa yang kau lakukan?
Karena karena kau harus genggam di hati
Seluas alam semesta, ketika bintang berkelip lemah
Setetes air dan setitik debu
Lihatlah itu gunung nan besar, memasok bumi hingga ke dalam
Hancurlah dia nanti, begitu besar, kuasa itu

Karena itu kau harus tahu
Karena karena membuatmu mau
Tertutupkah matanya?
Sia-siakah?



Published with Blogger-droid v2.0.4