Pedas, silau

Pedas, rasanya
Semua terlihat menyilaukan
Kututup dia
Mencoba menikmati gelap
Dan dia terlarut dalam hitam
Yang kemudian bercampur
Dengan cahaya redup berwarna-warni
Sungguh enak dipandang
Dan aku melayang
Di antara awan-awan lembut
Ungu, biru, dan hijau

!!!

Aku membuka mataku dengan terkejut
Hampir jatuh dalam mimpi rupanya
Lampu kembali menyilaukan
Mataku kembali pedas

Huah,
Ngantuk.

Pohon Bentuk H

Jalan menuju perumahanku adalah jalan sempit yang diapit komplek pemakaman cina kuno. Kuburan dibangun sangat antik, begitu besar, beratap batu, bertuliskan tulisan mandarin, dan dipenuhi ilalang liar. Seandainya aku bukan penghuni sana, mungkin situs ini bisa menjadi tempat wisata yang menarik.

Selain pemakamannya yang lawas itu, ada sebuah hal unik tumbuh di dalamnya. Hal unik itu adalah dua buah pohon. Ada dua pohon di sana berdiri bersebelahan. Yang kerennya, kedua pohon tersebut sebenarnya bersatu! Di antara batangnya yang besar, terdapat sebuah batang besar yang menyatukan kedua pohon itu. Seperti bayi kembar siam.

Kalau dilihat-lihat, pohonnya seperti membentuk huruf H.

Tapi sayang, ketika saya sudah agak dewasa, sekitar SMA atau kuliah, hujan deras dan angin keras melanda komplek kami. Pohon yang sebelah kiri tidak mampu mempertahankan diri sehingga tumbanglah ia, mematahkan sambungan hebat di antara mereka.

Sekarang, dua pohon itu sudah tiada. Warga sekitar memutuskan untuk menghabisi mereka berdua setelah tumbang satu di antaranya.

Jangan setengah lah

Di mana-mana, pekerjaan yang setengah-setengah tidak bakalan sama sekali membuahkan hasil yang oke.

Hasilnya pasti serba tanggung; investasi  atau biaya mungkin lumayan, tapi hasilnya bagus mah ngga. Nanggung kumaha kitu.

Makanya saya, dan kebanyakan orang, kalau memilih di antara produk serupa, tapi ada yang lebih mahal namun berfitur lebih juga, pasti menimbang-nimbang keduanya. Lebih mahal dikit, asal kualitasnya jauh sih gak masalah.

Namun, ada sebuah hal besar, yang sangat krusial, di dunia ini yang dijalankan setengah-setengah. Setengah hati. Istilah inggrisnya: half-assed. Dan hal krusial besar itu adalah: transportasi Indonesia.

Kalau saya mau menciptakan sistem - sistem pasti punya aturan, kan - pasti saya desain sistemnya dengan pengendalian, untuk menjamin semua aturan terlaksana.

Sayangnya, kalau di sini:
Peraturan ada
Rambu-rambu dan marka jalan ada (investasi buat begini gede, lho)

Tapi pengendaliannya...

Aturan-aturan itu tidak ditegakkan dengan utuh. Hanya setengah-setengah dari seluruh sistem itu yang ditegakkan.

Bahkan si penegak-penegak aturan itu yang juga melanggarnya. Mereka pernah menyuruh saya menyeberang tidak di zebra cross. Dan di depan mobil saya, mereka menampakkan telapak tangannya di hadapan saya (tahu kan, kekuatan super orang Indonesia kan ada di telapak tangannya. Bisa berhentiin mobil dengan sekali lambaian. Wkwk), lalu menyeberangkan banyak orang di tengah-tengah jalan tak berzebra cross.

Ngapain sih setengah-setengah.
Lihat kan, hasilnya sekarang transport Indonesia ga ada bagus-bagusnya.

Tulisan yang Termudah

Hal yang paling mudah untuk ditulis tentangnya adalah tentang rasa saat ini dan tentang suasana saat ini.

Hari ini langit begitu mendung, awan berpendar-pendar dalam cahaya matahari. Udara pun terasa agak dingin. Absennya matahari dan kehangatan, membuat saya teringat pada maggot-maggot dan lalat tentara hitam yang sedang FOODLAP kembang biakkan di kosan Rizan. Mereka sepertinya salah satu di antara makhluk-makhluk yang butuh kehangatan. Sejuknya hari ini membuat saya khawatir akan perkembangannya.

Dan akhirnya pun saya menulis di pagi hari, meluapkan pikiran-pikiran lewat tulisan. Sudah dua hari saya absen menulis - sayang sekali. Kemarin-kemarin, menulis terasa berat karena saya selalu memaksa diri saya menuangkan perkataan-perkataan yang berat pula; tulisan dengan topik-topik berbobot. Masalahnya, tidak setiap hari saya mood untuk menulis yang seperti itu.

Tapi justru mood itulah yang harus dibabat.

Harusnya menulis bisa menjadi bagian yang tidak dapat dilepaskan dari hidup saya. Dan harusnya, juga, menulis menjadi suatu kegiatan yang begitu mudahnya saya lakukan, seperti bernafas, menggerakkan otot jantung, mengkontraksikan otot lambung~

Jadi lah, hari ini saya menulis tulisan yang termudah.

Hobi adalah Cinta

Hobi seharusnya menjadi sebuah kegiatan yang menyenangkan. Hobi seharusnya tidak menyita terlalu banyak pikiran, tidak membebani perasaan, dan tidak berat untuk dimulai.
Dulu, kayaknya sekitar masa-masa tingkat dua, hidup saya seakan-akan ditemani seorang narator yang siap berkomentar pada apapun yang indra saya rasakan. Langit yang biru, atau bahkan sekedar batu yang codet, bisa menjadi sebuah paragraf oleh narator saya itu. Dalam setiap perjalanan saya, otak saya selalu bercerita. Lalu, ketika saya sudah duduk tenang di meja, segeralah mengalir narator tadi menjadi ketikan di monitor laptop.
Nah, kalau sekarang? Tidak jarang muncul perasaan malas dan terbebani untuk menulis. Kenapa ya? Apakah karena menulis kini bukan sekedar hobi, tapi menjadi kewajiban? Memangnya kenapa kalau jadi kewajiban? Kenapa malah merasa berat? Harusnya bagus dong hobi jadi kewajiban berarti itu adalah kewajiban yang menyenangkan...
Padahal, kalau ditilik secara etimologis, ternyata hobi itu berasal dari kata haba , atau hub (حب) dalam Bahasa Arab. Dan haba sendiri sebenarnya berarti cinta.   Makanya ada kata-kata 'Habibi' yang aritnya kekasih. Jadi, kalau saya hobi menulis harusnya cinta menulis. Dan sebaliknya, kalau saya berani bilang cinta sama Tuhan, harusnya saya hobi melakukan hal-hal yang membuat Dia senang.
Entahlah.
Yang jelas hari ini saya sudah menulis, menunaikan kewajiban saya pada janji saya sendiri: menulis setiap hari selama berumur 23 tahun.

Malaikat

Tak pernah kulihat
Datangnya ia dari langit
Namun seketika muncullah
Di sampingku, membawa pelita
Bagi kalbuku yang merindu

Tidak,
Tiada sayapnya
Tiada pula memancar cahaya
Hanya senyum yang menyenangkan
Dan kata-kata yang menenangkan
Mengiring sepercik hujan
Bagi hatiku yang gersang

Dan ia pun bercerita
Kisah-kisah yang lalu
Kisahnya yang penuh ilham
Buatku tertegun membayang
Dan ku semakin jatuh cinta