Di mana-mana, pekerjaan yang setengah-setengah tidak bakalan sama sekali membuahkan hasil yang oke.
Hasilnya pasti serba tanggung; investasi atau biaya mungkin lumayan, tapi hasilnya bagus mah ngga. Nanggung kumaha kitu.
Makanya saya, dan kebanyakan orang, kalau memilih di antara produk serupa, tapi ada yang lebih mahal namun berfitur lebih juga, pasti menimbang-nimbang keduanya. Lebih mahal dikit, asal kualitasnya jauh sih gak masalah.
Namun, ada sebuah hal besar, yang sangat krusial, di dunia ini yang dijalankan setengah-setengah. Setengah hati. Istilah inggrisnya: half-assed. Dan hal krusial besar itu adalah: transportasi Indonesia.
Kalau saya mau menciptakan sistem - sistem pasti punya aturan, kan - pasti saya desain sistemnya dengan pengendalian, untuk menjamin semua aturan terlaksana.
Sayangnya, kalau di sini:
Peraturan ada
Rambu-rambu dan marka jalan ada (investasi buat begini gede, lho)
Tapi pengendaliannya...
Aturan-aturan itu tidak ditegakkan dengan utuh. Hanya setengah-setengah dari seluruh sistem itu yang ditegakkan.
Bahkan si penegak-penegak aturan itu yang juga melanggarnya. Mereka pernah menyuruh saya menyeberang tidak di zebra cross. Dan di depan mobil saya, mereka menampakkan telapak tangannya di hadapan saya (tahu kan, kekuatan super orang Indonesia kan ada di telapak tangannya. Bisa berhentiin mobil dengan sekali lambaian. Wkwk), lalu menyeberangkan banyak orang di tengah-tengah jalan tak berzebra cross.
Ngapain sih setengah-setengah.
Lihat kan, hasilnya sekarang transport Indonesia ga ada bagus-bagusnya.