Sedari dia - saya sering menyebutnya sebagai kurce - kecil, kurce terbiasa hidup di air yang cetek. Habitatnya adalah sebuah bak berwarna oranye yang dibasahi air setinggi 1-2 cm. Makanannya sawi. Kotorannya cair dan bau sawi busuk. Tapi saya, saking terbiasanya dengan aroma itu, jadi suka-suka saja kalau ada bau-bauan sawi busuk :p
Ketika saya sudah agak besar, sekitar akhir SD atau awal SMP, saya punya akuarium besar yang menganggur. Kala itu, saya menonton di televisi sebuah kisah dokumenter tentang kura-kura. Ternyata, amboi, kura-kura itu bisa berenang, lho *ceritanya baru tahu* Bermodalkan tontonan televisi dan aquarium menganggur, saya buatkan kurce sebuah habitat baru, yaitu aquarium berisi air *yaelah standar amat*
Tapi! Kura-kura saya tidak bisa berenang :( saking dari kecilnya dia hidup di air yang cetek.
Akhirnya, saya latihlah dia berenang. Saya ikat badannya dengan tali, lalu saya celupkan ke dalam air.
Tentu saja dia panik. Hehe. Setiap kali dia panik, saya angkat lagi dia untuk menghirup nafas di udara. Kemudian kembali saya celupkan dan saya bawa ke sana kemari di dalam air.
Dan, setelah melalui kurikulum yang begitu ketat, akhirnya dia sukses menjadi kura-kura sejati :)))
Ketika saya SMP, dibuat sebuah kolam ikan kecil di belakang rumah. Dia pun bisa berenang dengan senang di sana. Yeay. Saya merasa menjadi guru yang sukses.
Tapi kisah Kurce juga berakhir sedih. Saat saya kuliah, Bapak saya memindahkan dia ke kolam di kantornya. Entah tidak bisa beradaptasi atau dibully hewan lain, dia pun meninggal di situ.
Sedih sih sebenarnya.
Tapi, ya sudah. Mari jangan diingat-ingat.