Aku sudah lupa bagaimana rasanya menjadi anak kecil
Saat aku rasakan besarnya dunia
Semua orang dewasa tersenyum melihatku
Di bawah dagu mereka aku mendongak
Dengan proporsi pipiku yang melebihi setengah wajah
Ketika mataku sama tingginya dengan freezer
Tanpa perlu merunduk mencari makanan-makanan dalam kulkas
Serta dashboard mobil yang menghalangi pandangan
Semua peristiwa adalah petualangan
Imajinasi liar mengiringi setiap perjalanan
Pohon itu bisa jadi sebuah musuh jika kumau
atau menjadi sebuah rumah di tengah dusun terpencil
bahkan teman setia yang bisa bermain bersama
Petualangan terhebatku bisa menemukan gang terpencil ke komplek sebelah
Aku bisa menangis ketika pekerjaan rumah seperti hantaman kereta
Pakaian terculunku adalah rok merah yang sudah pudar
Dan aku merasa tampil keren dengan jeans baru dari Ibu
Aku bisa berlari kemanapun
Seolah energiku tiada pernah habis
Semua pohon adalah tebing tinggi yang menantang
Semua atap adalah gunung raksasa yang siap kutaklukkan
Aku bisa menciptakan lautan di atas kasur dengan selimutku
Bahkan sebuah rumah mewah dengan sofa buluk di rumahku
Lantai rumah kulihat seperti sebuah papan besar ular tangga
Dan langit-langit adalah kanvas besar yang menunggu dihiasi
Tiada yang aneh melihatku menari sendiri
Bergerak sendiri dalam fantasi
Aku bisa bangga setengah mati dengan rangking sekolahku
dan aku tidak perlu tersenyum sopan kepada semua orang dewasa
Aku memang lupa rasanya jadi anak kecil
Tapi toh ternyata aku ingat juga
Telaga kenangan yang enggan menguap dari memori
Menebalkan rindu suasana tempo itu
Pekatnya ingatan membebani berat hidupku hari ini
Karena sejak dulu juga, aku tidak pernah mau cepat-cepat besar.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment