Pekerjaan rutin, seperti yang pernah saya bahas dengan Dinar Ramadhani, memang bisa membuat pikiran melanglangbuana menghinggap ke memori-memori lama. Seringkali bukan memori yang menyenangkan, atau malah menuju ke ingatan oh-iya-tadi-kan-harusnya-beresin-kamar, atau yang lebih luhur dari itu saya-udah-ngapain-aja-dua-puluh-tahun-ini.
Tidak, sih, saya tidak sedang melakukan pekerjaan monoton yang rutin. Hanya kepikiran saja, melihat syal setengah jadi saya tergeletak di meja kopi ini. Marunnya menyatu dengan nuansa ruang tengah yang remang ini. Rapi jaihtannya, tidak seperti pikiran saya saat ini yang sedang sangat acak.
Meloncat-loncat dari satu ingatan ke masa lain, sampai saya tidak paham lagi sebenarnya saya lagi berpikir tentang apa.
Memikirkan masalah?
Hah, siapa, sih, yang tidak punya masalah?
Kata mereka, orang gila.
Ah kata siapa?
...
Au ah gelap.
Omong-omong, saya ingin deh bisa terbang. Tidak mesti secara magis, dengan teknologi pun saya tidak masalah. Saya saat ini membayangkan sebuah alat berbentuk mirip joystick, namun dengan ukuran yang lebih besar yang nyaman digenggam dua tangan, berwarna krem, dengan berbagai tombol-tombol rumit terhias di permukaannya. Lalu kita tinggal menekan beberapa tombol, berlari sambil mengacungkan joystick itu ke depan, lalu, yap, terbang!
Atau sebuah tas dari material logam dengan dua lubang di bagian bawahnya. Kenakan ransel itu, jangan lupa masukkan bahan bakar minyak, namun kalau kau punya dompet yang cukup tebal, silakan beli solar cell nya, nyalakan tombol, dan BOOM! Api akan keluar dari dua lubang tadi dan kita melayang melawan gravitasi di angkasa.
Bisa juga sebuah sapu terbang bohong-bohongan dengan dinamo yang berisik suaranya. Namun, kita bisa terbang seperti para penyihir di cerita-cerita itu terbang. Serta teknologi bola-bola Quidditch telah diteliti sehingga permainan Quidditch mulai jadi olahraga internasional. Namun, teknologi untuk Snitch belum ditemukan, karena terlalu susah untuk memasukkan pikiran robot dalam bola sekecil itu, untuk mampu terbang menghindari para Sneeker.
Bludger mungkin tidak diciptakan, ya. Anarkis sekali, ya, haha. Kita kan tidak punya Madam Pomfrey.
Ah entahlah saya berpikir apa saat ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment