Scroll,
scroll,
scroll,
Matanya menelurusi barisan kalimat di layar.
Scroll, scroll.
Sepintas, senyum kecil, walau hanya beberapa milidetik, tersungging di bibirnya.
Bagus, pikirnya. Senang.
Dia sibuk mengagumi tulisan itu, dengan diksi yang sungguh tepat dan unik, membuatnya tak jemu dibaca. Kata sambungnya selalu pas, bahkan spasinya, enternya, italicnya, tulisan itu terpahat dengan cantik.
Scroll
Dia larut dalam blognya sendiri. Kebanggaan bermekaran dalam hatinya, menguap ke atas dan membesarkan kepalanya hingga siap meletus. Percaya dirinya tumbuh; gue jago.
Scroll
Dan dia mendapati sebuah tulisannya tahun lalu, ketika dia menyebutkan cerita tentang seorang temannya. Sebuah tautan tertera di sana, sebuah tautan menuju blog teman baiknya itu. Lama tidak jumpa, coba aku lihat blognya ah.
Dan, satu kali klik ternyata mampu menariknya ke dasar palung.
Dia ingat temannya ini pernah jadi penulis cerpen lepas dari suatu majalah cewek.
Kalimat pembukanya sungguh ngena.
Kalimat pembuka ini akan menarik semua pembacanya untuk tenggelam dalam tulisannya. Bahkan dia bisa memberikan soundeffect dalam kisahnya, seolah kisah ini benar-benar bersuara.
Diksinya, oh, bahkan kata-kata sesederhana itu tidak pernah terlintas dalam otaknya. Bagaimana bisa?
Sebuah kisah yang mengalir dengan santai, dan mengenakkan pembacanya. Diakhiri dengan cerita yang menggantung, pun begitu mempesona.
Kepalanya mengempis dengan cepat, bunga-bunga bangga berguguran di dasar hatinya.
Gara-gara klik setitik, rusak scroll sebelangga.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment