Di ITB, ada seorang bapak tua yang mungil. Rambutnya agak panjang untuk ukuran laki-laki, tapi masih potongan rambut laki-laki. Warna rambutnya abu-abu, hitamnya telah lekang oleh waktu. Kemejanya selalu kebesaran.
Dagu runcingnya sekilas membuat dia bermuka licik. Matanya agak kecil. Aku jadi teringat Kreacher - salah satu peri rumah di Harry Potter.
Tidak, tidak. Bukan karena beliau seperti makhluk aneh. Beliau sangat manusia, kok.
Aku sering melihat beliau masuk ke kelas-kelas membawa nampan berisi segelas besar air putih, terkadang teh hangat. Beliau biasanya mengetuk pintu, menyela pembicaraan dosen di kelas, lalu masuk dengan membungkuk dan menaruh gelas itu di meja dosen.
Beliau sangat hormat sekali, padahal dari tampangnya, umur beliau lebih tua dari sebagian besar dosen.
Terkadang dia masuk membawa remote control proyektor kelas yang tertinggal di tata usaha.
Pernah suatu kali, aku berkuliah di lantai 4 sebuah gedung kuliah yang jauh dari tata usahaku. Di tengah pelajaran, beliau muncul di samping pintu, mengetuk-ngetuk, lalu masuk dengan sangat sopan. Beliau menyerahkan remote control kepada dosenku, dengan tampang melongo karena kelelahan. Beliau berusaha mengatur napasnya yang ngos-ngosan agar bisa bicara kepada dosenku dengan benar.
Tapi usahanya gagal.
Lalu sang dosen memijit-mijit tombol remote. Dan tidak terjadi apapun.
"Kayaknya salah remote," kata dosenku.
"Oh iya, Pak," jawab bapak tua pasrah.
Masih ngos-ngosan, beliau keluar dari kelas dengan cepat untuk mencari remote yang benar.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment